WHAT'S NEW?
Loading...

Rintangan Pengelolaan Gas Bumi


Indonesia memiliki kandungan Gas Bumi yang cukup besar. Jadi sudah seharusnya dimanfaatkan secara optimal khususnya untuk peningkatan ekonomi di dalam negeri. Tapi tidak semudah apa yang dikatakan tersebut. Banyak rintangan, kesulitan, serta halangan yang menghadang pihak pengelola. Tentunya ini membuat pemanfaatan gas bumi kurang maksimal.

Yuk, kita tilik sedikit tentang rintangan pengelolaan gas alam Indonesia. Hal pertama yang menghambat adalah  kebutuhan teknologi. Pada dasarnya temuan cadangan gas baru umumnya berlokasi di wilayah timur Indonesia (Blok Masela di Laut Arafura; Blok Muara Bakau dan Proyek Indonesia Deep Water Development (IDD) di Selat Makassar). Kegiatan eksplorasi dan produksi gas pada wilayah timur tentunya lebih sulit. Butuh teknologi yang lebih canggih. Ini adalah hambatan yang lumrah, Negara berkembang kaya akan sumber alam namun membutuhkan teknologi canggih Negara maju.

Rintangan selanjutnya adalah minimnya Investasi atau modal. Pemenuhan teknologi yang canggih untuk eksploitasi menjadi konsekuensi mutlak. Pengembangan gas membutuhkan investasi yang sangat besar, sehingga investor akan sangat berhati-hati dalam mengkalkulasi. Aspek keekonomian pengembangan lapangan pun menjadi perhatian ketika memanfaatkan gas, terutama saat penentuan harga.

Kemudian hambatan berikut ini yang menurut hemat saya adalah hambatan yang memang menjadi kesulitan sejak awal pengelolaan gas bumi. Sulitnya infrastruktur penampung gas bumi. Dalam proses pemanfaatannya gas bumi jauh lebih kompleks ketimbang minyak bumi. Dengan bentuk yang cair, minyak mudah ditampung dan diangkut sedangkan gas tidak bisa ditampung. Sehingga begitu keluar dari dalam bumi harus segera dimanfaatkan. Sebabnya pengembangan lapangan gas baru dapat dilaksanakan setelah mendapat kepastian pembeli.

Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa gas yang ditemukan di Papua tidak bisa serta merta diangkut untuk memenuhi kebutuhan industri di Sumatera dan Jawa. Perlu infrastruktur untuk mengubah gas itu menjadi LNG sehingga bisa diangkut.

Mungkin ini adalah hambatan terakhir yaitu; minimnya jaringan gas bumi. Menurut catatan, saat ini jaringan pipa distribusi gas masih minim. Jadi ketika ada daerah yang surplus produksi gas, tidak dapat dikirimkan ke daerah yang kekurangan gas. Contohnya, produksi gas di Jawa Timur lebih besar dari kebutuhannya. Kelebihan pasokan ini tidak dapat dikirimkan ke Jawa Barat yang kebutuhan gas tinggi karena belum ada jaringan pipa yang menghubungkan kedua wilayah.

Nah itu tadi sedikit gambaran dari banyaknya hambatan yang dilalui pengelola gas bumi. Semua yang berkepentingan perlu memperhatikan aspek tersebut. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai akselerator dari beberapa proyek gas bumi agaknya perlu diperhatikan dan didukung oleh pihakpihak terkait. Sehingga potensi besar gas bumi dapat benar-benar dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.

Tulisan ini disumbangkan untuk jadi artikel situs Si-Nergi
Sumber:


0 komentar:

Posting Komentar