WHAT'S NEW?
Loading...

Apa perbedaan? Interaksi tutor dengan pengguna bahasa pertama dan bahasa kedua



Artikel ini berangkat dari keresahan guru mengenai bahasa pertama dan bahasa kedua, serta tuturan yang dilakukan. Kecurigaan guru atas tutor dilandasi oleh kedisiplinan yang dilakukan, dengan kata lain guru mempertanyakan pemrolehan bahasa kedua atau penutur bukan bahasa asli dan penutur bahasa asli dari tutor.
Artikel tersebut berisi tentang penelitian yang dilakukan selama satu dekade mengenai sifat interaksi antara tutor pusat penulisan dan penduduk asli dan bukan penduduk asli. Dari data yang diperoleh melalui percakapan antara tutor pusat dengan penduduk asli dan bukan penduduk asli ditemukan beberapa hal, dan pada analisis  pusat tutorial(panduan) menulis menunjukan mahasiswa penutur asli dan bukan penutur asli menawarkan empat tema yang berhubungan yakni “Keragaman komunikasi tutor”, “Ketidaksepahaman persepsi antara tutor dan partisipan”,  “Keterlibatan tutor”, dan “keberagaman dan ketidakpastian perilaku tutor –mahasiswa” .
Banyak tanda yang menunjukan keragaman interaksi salah satunya yakni, secara spesifik terkait isu gender dan status penutur asli dan bukan penutur asli tampak pada perilaku verbal tutor. Terdapat tanda keragaman interaksi  yakni,  jarak perubahan lebih panjang,  kurangnya kelonggaran atau pengurangan,  kurangnya penggunaan negosiasi atas petunjuk yang lebih besar, dan secara umum “perintah” pendekatan untuk panduan untuk tutor langsung pada sebuah perkuliahan dan membuat keputusan.
Pada penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa mengenai peran pengajar berbeda secara substansi dari karakteristik idealis dari kolaborasi tak berbanding secara umum dalam menulis teori tengah dan latihan manual. Ada juga perbedaan persepsi antara penutur asli dan bukan penutur asli mengenai peran pengajar. Secara umum, penutur asli merasa peran seorang pengajar berbeda dan sedikit memiliki kewenangan dari guru bimbel. Perbedaan tersebut menunjukan seharusnya tutor memiliki kewenangan penuh ketika siswa bukan penutur asli berinteraksi selama pengajaran dan intepretasi dari interaksi tersebut.
Temuan lainnya menunjukan siswa bukan penutur asli percaya sepenuhnya kepada tutor pengajar menulis. Pada teori pusat menulis dari pengajaran kolaborasi didasarkan pada otoritas pendidikan yang berwenang, sedangkan pihak yang berwenang dalam hal ini yaitu tutor sulit dipertanyakan oleh bukan penutur asli karena keahlian tutor sebagai penutur asli inggris beranggapan bahwa siswa yang bukan penutur asli baru mulai belajar, dan tidak dapat berkolaborasi atau tidak padu. Analisis lain mengenai interaksi antara tutor-murid menunjukan bahwa tutor kurang melakukan banyak percakapan atau komunikasi dengan siswa bukan penutur asli lain halnya terhadap siswa penutur asli. Secara keseluruhan, pengajaran-pengajaran terhadap bukan penutur asli lebih pendek dan berisi topik lebih sedikit dibandingkan dengan penutur asli.
Pada pengajaran yang dilakukan terhadap bukan penutur asli tidak banyak pembukaan yang disampaikan, tidak banyak basa-basi atau sekedar sapaan yang disampaikan oleh tutor. Tutor sering langsung pada penyampain evaluasi dan saran sehingga tidak banyak percakapan dan komunikasi yang dilakukan terhadap bukan penutur asli. Perbedaan-perbedaan penting  antara pengajaran penutur asli dan bukan penutur asli diantaranya  pengaruh pola kebiasaan salah satu penutur asli atau bukan penutur asli.
Kasus lainnya pada pengajaran bukan penutur asli, tutor tidak banyak memberikan pengaruh tingkah laku, namun bukan penutur asli tetap berharap akan terciptanya suatu kerja sama yang baik denagn tutor. Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pengajaran dengan bukan penutur asli banyak mengalami kesulitan ketimbang pengajaran dengan penutur asli sebabnya sedikitnya percakapan atau komunikasi oleh tutor, kurangnya respon tutor dan sedikitnya pengaruh yang dapat diperoleh dari tutor. Solusi yang ditawarkan oleh peneliti yaitu mengkaji, merekam dan menulis, serta mempraktikannya dalam tuturan.