Sebuah Nama yang Terbaik
Abdulah
Wong penulis novel Mada yang kemudian ditransformasikan kedalam naskah drama yang berjudul Mada dengan sub judul sebuah
nama yang terbalik. Setelah membaca judul itu pemikiran kita tentang Mada pun berubah menjadi Adam yakni nabi pertama. Pemikiran itu tak
sepenuhnya salah. Dalam novel maupun naskah pergulatan pertanyaan tentang “
nama” memang menjadi pemula adegan, hal ini berkaitan dengan perintah Tuhan
kepada Adam untuk mempelajari nama-nama di dunia. Mada
Adam,
mungkin memang berkaitan.
Pada
novel Mada kita mendapatkan sebuah
cerita yang begitu menakjubkan dengan pergulatan pemikiran para tokoh yang
terkotakkotak dan sangat realis mencari keidealisan. Berbeda dengan pementasan,
dapat kita katakan Mada dalam
pementasan bersifat surealis sebab pemikiran tokoh tak diutarakan langsung namun menggunakan simbolsimbol
seperti balok berbentuk kotak, tarian, gerakan yang mewakilinya. Dapat kita
imajinasikan seperti seseorang yang sedang mencari jati diri kemudian merenung
dan membayangkan dirinya menjadi karakter-karakter yang diinginkannya.
Mada
juga berisi keritikan atas manusia yang meniru karakter bahkan jati diri
seorang yang sudah mapan. Naskah ini memerikan keadaan social dari zaman ke
zaman dalam gaya hidup maupun menyikapi hidup yang mungkin hal tersebut juga
terjadi pada zaman Adam. Dalam novel dan naskah drama memang terlihat corak
yang mendalam dengan satu garis besar dan pesan yang sama. Bahwa “diri” dan “jati
diri” adalah satu kesatuan, seperti “nama” dan sang “pemilik nama” adalah satu
kesatuan yang utuh dan mungkin kebernamaan itu membuat suatu logika terbalik.
Akbar Fatriyana