Tapak Tilas Ibu Pertiwi
Senandung Ibu Pertiwi adalah sebuah tema besar
pameran lukisan koleksi Istana Kepresidenan. Pameran lukisan itu
diselenggarakan di Galeri Nasional. Setelah mendengar kabar dari beberapa
teman, saya langsung menyesuaikan jadwal dan
ternyata mulai di akhir minggu. Sebab rasa penasaran dan memang sedikit
banyak menyukai seni rupa akhirnya sabtu 12 Agustus 2017 saya berangkat.
Bersama dengan
seorang teman saya langsung mengantre nomor panggilan. Ternyata sangat banyak
pengunjung hari itu sehingga saya mendapat nomor antre ke 206. Setelah menunggu
cukup lama sampai gelas kopi sudah mengering, barulah saya masuk gedung A atau
ruang pameran temporer.
Seperti biasa petugas pengaman gedung sudah berdiri
dengan ramah untuk memeriksa setiap pengunjung dengan alat pendeteksi metal. Setelah
bersih dari segala metal kecuali telepon genggam yang diperbolehkan saya lekas
masuk dan melihat layar besar yang terpampang di pojok kiri ruang pertama. Layar
tersebut berisi cuplikan potret ruang kerja dihiasi lukisan yang sepertinya
milik Presiden. Saya langsung bergegas memotret meskipun banyak pengunjung yang
juga sedang begaya di depan lukisan itu.
Mooi
Indiё
atau Hindia Molek
Ruang selanjutnya berisi lukisan pemandangan alam. Lukisan
tersebut adalah lukisan yang menghiasi Istana Kepresidenan terutama di Jakarta,
Istana Bogor, dan Cipanas. Lukisan-lukisan yang ada adalah koleksi Presiden
Soekarno. Konon melalui lukisan pemandangan tersebut Bung Karno membayangkan
visinya tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gagasannya telah
disampaikan dalam pidatonya di depan sidang Anggota Badan Penyelidik Persiapan
Kemerdekaan.
Mooi Indiё adalah gaya lukisan
pemandangan atau lansekap yang banyak dibuat pada awal abad ke-20. Menurut
sejarah awalnya Mooi Indiё merupakan
judul portofolio yang mengandung reproduksi cat air oleh seniman Belanda Du
Chettel. Istilah itu sekarang sering
digunakan untuk merujuk hampir semua lukisan oleh seniman asing yang
menggambarkan kehidupan di Hindia. Misalnya seperti lukisan pantai sampai
lukisan sawah dan gunung.
Indonesia
dalam Citraan Keseharian
Dalam pameran ini memiliki subtema Keseharian. Lukisan-lukisan
yang disajikan merupakan kecenderungan pencarian Indonesia sekitar tahun
1950-an. Kecenderungan berefleksi pada
kondisi masyarakat dengan kuat terlihat pada lukisan berjudul Lelang Ikan karya Itji Tarmizi. Dalam lukisan
tampak seorang nelayan yang seolah ingin menjual tangkapannya di pinggir
pelabuhan.
Di waktu yang sama banyak seniman-seniman Barat yang
tertarik dengan seni di Timur. Budaya Timur yang diolah oleh seniman Barat pada
koleksi itu sepertinya tidak melihat sepenuhnya pada seni rupa lama tetapi
lebih kepada alam dan kehidupan sehari-hari yang tampak di sekitar mereka. Seperti
dalam lukisan berjudul Penjual Ayam
karya Ries Mulder yang menunjukan tiga orang sedang membawa ayam yang mungkin
akan dijual atau ditukar dengan bahan pangan.
Mitologi
Ketika masuk ruangan ke tiga ini lampu cukup redup. Ternyata
saya memasuki ruang lukisan mitos. Dan yang lebih mengejutkan ternyata Presiden
Soekarno secara khusus memesan lukisan dengan kisah dari dunia pewayangan untuk
Istana Merdeka. Kepercayaan lokal yang berasal dari budaya Jawa merupakan
gambaran kisah pewayangan dan mitos. Misalnya lukisan Gatotkaca karya Basoeki Abdullahyang merupakan cuplikan kisah Mahabarata versi Jawa.
Masih di ruangan yang sama tampak lukisan NJai Roro Kidul yang juga karya Basoeki
Abdullah. Gambaran mitos tersebut cukup unik sebab peneliti seni Claire Holt
dan Astri Wright melihat citraan Nyai Roro Kidul yang sangat modern menggunakan
gaun malam dari sutra dan kalung mutiara, seperti mode kelas atas di periode
itu. Selain nilai mistis, lukisan ini merupakan penggambaran perempuan yang
seduktif, suatu citraan yang sering muncul dalam mitologi Indonesia.
Spiritualitas
dan Religi
Masih di sekitar ruang redup. Saya masih
melihat-lihat koleksi Istana Kepresidenan yang menyimpan kecenderungan nilai spiritual
dan religi. Penggambaran alam benda dan aktivitas manusia melakukan ritual
kepercayaannya dituangkan dalam figur yang beribadah. Seperti pada lukisan
bejudul Tiga Pedanda karya Alimin
Tamin yang menunjukan dengan jelas tiga orang pendeta-pendeta Hindu.
Kemudian di antara sederet lukisan-lukisan lainnya,
mata saya tertarik oleh lukisan ibu mengendong anak. Setelah saya mendekat,
ternyata benar saja itu adalah lukisan Madonna
sesuai prediksi saya namun ini adalah karya Soedarso bukan pelukis abad ke-15 Domenico
Ghirlandaio. Lukisan ini berbeda dengan lukisan Domenico Ghirlandaio dari judul
hingga rupa.
Sepilihan
Peristiwa Penting
Di antara ruang redup saya melihat cahaya dari
ruangan kecil. Wah ternyata bukan hanya lukisan yang dipamerkan dalam peringatan
kemerdekaan Indonesia yang ke 72 tersebut. Ada juga sejarah Kepresidenan di
Indonesia . Berbentuk seperti bagan yang menempel pada dinding. Kemudian di
bagian tengah ada meja dengan pelindung kaca berisi kliping dan beberapa foto
terkait Presiden.
Kebaya
Pada ruangan berikutnya saya disuguhkan keperempuanan
di Indonesia dari segi identitas budaya berpakaian. Menurut sejarah kebaya
sudah digunakan sejak 1827 yang pada saat itu pemerintah kolonial Belanda
menetapkan bahwa penduduk harus berpakaian sesuai dengan latar etnisnya. Secara
praktis, kebaya dipilih menjadi pakaian sehari-hari karena dinilai paling
nyaman digunakan di iklim tropis. Seperti yang tampak pada lukisan Keluarga Tani karya Kosnan terlihat
seorang ibu berkebaya menimang anak dan di sisinya dua anak dan suami dengan
cangkul dan caping.
Setelah menjadi penanda etnis di kehidupan
keseharian masyarakat kolonial, kebaya muncul sebagai penanda identitas
Indonesia yang baru merdeka. Sekitar tahun 1940-an laki-laki menggunakan jas
dan peci hitam sedangkan perempuan menggunakan kebaya sebagai seragam. Dalam
lukisan Perempuan Berkebaya Kuning
karya Sumardi tampak perempuan cantik berkebaya kuning di tepi pantai seolah
berkata dimanapun kau berpijak selagi bernama Indonesia kebaya menyertaimu.
Nah, itu semua cerita saya menyusuri jejak Ibu Pertiwi. Semua terangkum dalam sebuah pameran seni rupa koleksi Istana Kepresidenan. Semoga bermanfaat.